ATAS NAMA TUHAN YANG MAHA ESA
Bali adalah pulau Dewata, tempat tinggal bagi para
pujangga-pujangga Nusantara penuh dengan karya seni budaya. Penulis mempunyai
sebuah kisah klasik yang luar biasa ketika dipertunjukkan oleh budaya dan
kearifan universal dari pulau yang diapit oleh Jawa dan Nusa Tenggara tersebut.
Kejadian bersejarah itu terjadi pada hari senin, 21 Januari 2013. Kegiatan itu
sebagai rangkaian dari kegiatan bersama anak-anak bangsa untuk merumuskan
pemikiran dan konsep strategis dalam rangka menyelesaikan permasalahan konkrit
local, nasional, regional maupun global. Setelah tiga hari bergulat dengan
pemikiran numeric dan analisis kuantitatif melibatkan otak kiri, selanjutnya
ada agenda untuk refresh dan mengaktifkan otak kanan dari para peserta. Pagi
yang sangat cerah itu mengantarkan penulis beserta rombongan terbaik dari
rekan-rekan penjuru Nusantara untuk mengenal lebih dekat Istana Kepresidenan
Tampaksiring Bali. Suasana harmonis dan kesejukan udara Kabupaten Gianyar
tersebut memberikan inspirasi dan rekaman memori tentang sejarah peradaban
raja-raja Gianyar pada masa itu. Penulis dan 15 orang rombongan dipandu seorang
juru bicara Sekretariat Istana Negara berjalan mengelilingi bangunan puluhan
hektar tersebut. Penulis mengitari seluruh bangunan bersejarah dimulai dari
wisma Negara, Wisma Cakrabuana, Pendopo Kepresidenan, Jembatan Tampaksiring,
serta pemandangan lainnya. Penulis benar-benar merasakan aura magis dan
kesakralan dari tempat bersejarah tersebut.
Satu hal yang paling menarik dan memberikan kesan mendalam
bagi penulis dalam eksplorasi sejarah itu adalah diperlihatkannya sebuah patung
besar nan indah di depan pintu gerbang masuk lokasi istana. Patung itu dinamai
patung Saraswati. Sebuah patung yang memiliki nilai emik dalam balutan kode
etik karya pahat luar biasa hebatnya. Sebuah ajaran leluhur yang sengaja
dipersembahkan para pendahulu bagi anak bangsa agar mampu mengambil nilai-nilai
pelajaran universal dalam menjalani kehidupan. Patung Saraswati merupakan
patung dengan tubuh seorang wanita mempunyai empat tangan dengan membawa suatu
barang bernilai filosofis di masing-masing tangannya. Tangan kanan atas membawa
buku, tangan kanan bawah memegang teratai, tangan kiri atas memegang gitar atau
kecapi, sementara tangan kiri bawah memegang rantai. Patung berwarna putih
tersebut juga menggunakan kendaraan angsa sebagai alat untuk dikendarainya.
Berada diatas bunga dan disekitarnya ada kolam berisi air dan tanaman-tanaman
indah.
Patung Saraswati itu tentunya mempunyai fungsi pelajaran
bagi orang yang mengamatinya. Sang pembuat patung pastinya mempunyai misi dalam
upaya transformasi dan transmisi ilmu pengetahuan kepada generasi lintas zaman.
Ada beberapa makna filosofis ajaran dari patung tersebut sangat relevan dengan
nilai-nilai luhur bangsa yang terkristalisasi dalam Pancasila. Patung Saraswati
adalah lambang ilmu pengetahuan. Disiplin ilmu pengetahuan ini sangat sinkron
dengan nilai-nilai dalam sila ke-empat Pancasila yaitu prinsip hikmat dan
kebijaksanaan. Ilmu dilahirkan dari sebuah aktivitas filsafat dan filsafat
melahirkan suatu bentuk hikmat dan kebijaksanaan.
Ilmu pengetahuan tentang kebijaksanaan hidup tergambar dalam
patung Saraswati yang tingginya hampir lima meter tersebut. Makna patung yang
diilustrasikan oleh seorang perempuan mempunyai empat tangan dengan memegang
benda berharga pada tangannya masing-masing. Makna patung Saraswati degan
tangan kanan memegang teratai adalah lambang kebijaksanaan. Setiap manusia
harus terus menempa diri menjadi manusia-manusia bijaksana. Tangan memegang
buku bermakna bahwa sumber utama ilmu pengetahuan adalah buku atau
catatan-catanan ilmu. Buku atau kitab suci adalah sarana untuk mengetahui dunia
beserta isinya. Sumber primer ilmu pengetahuan adalah buku. Tangan kiri
memegang gitar dimaksudkan bahwa dalam menjalani hidup hendaknya mengedepankan
seni. Lantunan gitar yang berbeda setiap dawainya memberikan keindahan suara
lagu. Perbedaan senar gitar menjadi variasi yang terintegralistik untuk
menciptakan keindahan. Seni merupakan bangian dari upaya untuk mencapai ilmu
pengetahuan. Tangan kiri Saraswati memegang rantai menyatakan bahwa dalam
belajar untuk mencari ilmu pengetahuan agar menjadi orang yang mempunyai hikmat
dan kebijaksanaan harus dilakukan secara terus menerus tanpa terputus. Ibarat
sebuah rantai besi yang selalu mengikat dan berantai untuk mendapatkan sebuah
ilmu pengetahuan yang terstruktur dan tersistematis sepanjang hanyat dalam
kehidupannya.
Sementara untuk patung Saraswati yang mengendarai Angsa
memberikan makna bahwa dalam mencari ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan hidup
harus menggunakan sarana yang bersih dan suci. Angsa merupakan hewan amphibi
berbulu putih, bisa hidup di darat maupun di air. Salah satu keunggulan dari
angsa adalah tatkala dia memakan sesuatu didalam air, anggota tubuhnya yaitu
paruh mulutnya dapat menseleksi makan yang baik dan buruk tanpa harus melihat
di dasar air. Hewan ini diberikan fasilitas alat filter dalam dirinya untuk
memilih makanan yang sehat bergizi dengan makanan yang merusak melalui alat
inderanya. Hal ini sesuai dengan pemahaman bahwa untuk mencari ilmu harus
selektif dan tidak bebas nilai. Ilmu pengetahuan harus difilter dan digunakan
untuk fungsi kebermanfaatan kepada seluruh umat manusia.
Itulah makna emik dibalik fisik patung Saraswati. Segala
bentuk penciptaan baik benda fisik maupun abstrak di dunia ini mempunyai nilai
dan ditujukan kepada generasi berikutnya. Kemampuan memaknai atau
menginterpretasikan produk-produk sejarah unggul tersebut akan menjadikan manusia-manusia
Nusantara mempunyai ruh atau spiritualitas tinggi seperti halnya leluhur sang
pembuat patung. Semua perwujudan alam fisik dan alam nilai termasuk patung
Saraswati ini merupakan manifestasi dari nilai-nilai Ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kebijaksanan dan keadilan. Akhir dari perjalanan di istana
kepresidenan tersebut, penulis masih mempunyai banyak hal lagi yang perlu
dimaknai perihal peninggalan-peninggalan peradaban di Tampaksiring. Penulis
sangat terkagum ketika memasuki dan keluar dari istana melalui pintu utama yang
sangat megah berukiran kayu besar sarat nilai filosofis dalam pembuataannya.
Setidaknya, satu patung Saraswati yang paling menarik dan mempunyai citra jiwa
seni tinggi telah memberikan ingatan bahwa kehidupan sangat membutuhkan ilmu
pengetahuan dan kebijaksanaan. Manusia yang berilmu selalu menggunakan “keempat
tangannya menggengam buku, teratai, gitar, dan rantai” untuk selalu
mengembangkan diri dan terus menerus mencari ilmu pengetahuan dalam rangka
menjadi rahmat bagi semesta alam. Harimau mati meninggalkan belang, gajah Mati
meninggalkan gading dan manusia mati meninggalkan karya ilmu pengetahuan.
SEGALA PUJI BAGI TUHAN YANG MAHA ESA
By: Aswad Kalawisesa
0 komentar:
Posting Komentar